Batik Mega Mendung Akatsuki

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Pada postingan kali ini, serena ingin memberi sedikit penjelasan tentang motif jubah akatsuki yang memang hampir mirip dengan batik megamendung asal Cirebon.  postingan ini dibuat karena di Facebook dan Twitter sedang ramai-ramainya membicarakan Iklan Indonesia Open yang bertema Indonesia banget itu dengan latar Motif batik megamendung.


Tak lengkap rasanya jika kita tidak mengenal ‘apakah’ yang akan dibahas nanti. Untuk itu diawalan ini akan membahas sedikit tantang kelompok dan jubah Akatsuki. kelompok Akatsuki merupakan kumpulan tokoh-tokoh antagonis dalam Anime Naruto. Mereka semua adalah ninja-ninja hebat yang berkumpul dengan tujuan utama menciptakan dunia tanpa peperangan melalui Monster ekor 10 (Jubbi.)
Setiap anggota akatsuki mengenakan jubah panjang berwarna hitam dengan chiri khas awan-awan berwarna merah yang tersebar dikeseluruhan. Menurut penuturan Konan, (salah satu anggota lama akatsuki) awan berwarna merah yang ada dijubah akatsuki MELAMBANGKAN darah yang terus menghujani Desanya tanpa henti.
Itulah sedikit tentang asal mula awan merah yang ada pada jubah akatsuki. Beralih ke batik megamendung, batik yang berasal dari Cirebon ini juga mempunyai Chiri khas motif awan-awan namun dengan warna tegas seperti biru dan merah. keberadaan batik ini dimulai sejak Sunan Gunung Djati menyebarkan ajaran Islam di Cirebon sekitar abad ke-16. Warna biru dan merah tua yang ada pada batik megamendung MENGGAMBARKAN masyarakat mereka yang lugas, terbuka, dan mempunyai kedudukan sama dengan yang lain.
Yang perlu sobat ketahui, motif megamendung itu sangat terkenal didunia internasional. Buktinya, motif batik ini pernah dijadikan cover buku batik terbitan luar negri yang berjudul “Batik Design” karya Pepin van Roojen asal Belanda.
Itulah sedikit ulasan tentang motif jubah akatsuki dan batik megamendung bisa saja Masashi Kishimoto (pembuat Anime Naruto) membuat model jubah akatsuki seperti itu karena terinspirasi batik megamendung yang sudah terbukti ketenarannya. sedikit tentang Masashi, sepertinya dia juga sangat mencintai kebudayaan Indonesia dengan bukti lain mulut Jubbi mirip dengan bungan Rafflesia Arnoldii.






Motif Megamendung yang digunakan oleh masyarakat Cirebon sebagai motif dasar batik sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia pecinta batik, begitupula bagi masyarakat pecinta batik di luar negeri. Bukti ketenaran motif Megamendung berasal dari kota Cirebon pernah dijadikan sebagai cover sebuah buku batik terbitan luar negeri yang berjudul Batik Design karya Pepin Van Roojen bangsa Belanda.
Sejarah timbulnya motif Megamendung yang diadopsi oleh masyarakat Cirebon yang diambil dari berbagai macam buku dan literature selalu mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China yang datang ke wilayah Cirebon. Tercatat dengan jelas dalam sejarah bahwa Sunan Gunungjati menikahi Ratu Ong Tien dari negeri China. Beberapa benda seni yang dibawa dari negeri China diantaranya adalah keramik, piring, kain yang berhiasan bentuk awan. Bentuk aan dalam beragam budaya melambangkan dunia atas bilamana diambil dari faham Taoisme. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan ini juga berpengaruh pada dunia kesenirupaan Islam pada abad 16 yang digunakan oleh kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.
Nilai-nilai dasar dalam Megamendung
Nilai-nilai dasar dalam seni apapun termasuk dalam seni batik motif megamendung bisa didekati dengan cara sbb:
a. Nilai Penampilan (appearance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai bentuk yang bisa dilihat secara visual adalah motif megamendung dalam sebuah kain yang indah terlepas dari penggunaan bahan berupa kain katun atau kain sutera. Sementara dalam nilai struktur adalah dihasilkan dari bentuk-bentuk yang disusun begitu rupa berdasarkan nilai esensial. Bentuk-bentuk tersebut berupa garis-garis lengkung yang disusun beraturan dan tidak terputus saling bertemu.
b. Nilai Isi (Content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi), nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup (values) yang dapat terdiri dari atas moral, nilai sosial, nilai religi, dsb.
Pada bentuk Megamendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) menunjukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan sosial agama) dan pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Sehingga bisa kita lihat bentuk megamendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus.
Terlepas dari makna filosofi bahwa Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehinga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung megamendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan.
Bilamana kita cermati, maka akan kita dapatkan bahwa bentuk Megamendung banyak sekali variasinya. Ada yang berbentuk lancip pada ujungnya dan ada yang berbentuk bulat tumpul pada ujungnya. Ada pula yang memiliki lekukan berbentuk menyudut pada bagian bentuk lengkungannya. Dengan sendirinya bagi pendesain batik pemula yang tidak terbiasa dengan proses membatik dan tidak mengerti makna filosofi Megamendung, bilamana menggambar Megamendung akan sedikit mengalami kesulitan serta kemungkinan akan terjadi kesalahan. Yang harus diperhatikan lagi adalah motif Megamendung hampir mirip dengan motif Wadasan. Akan tetapi tidak sama penempatannya dengan motif Wadasan (perlu dipelajari khusus pada kesempatan berikutnya).
c. Nilai Pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat pribadi seseorang, nilai ketrampilan, dan nilai medium yang dipakainya. Ungkapan yang ditampilkan oleh senimannya berupa proses batik yang begitu indah dengan memberikan goresan lilin lewat alat yang dinamakan canting terbuat dari bahan tembaga tipis yang dibentuk secara hati-hati sehingga lilin panas yang melewati ujung canting bisa mengalir dengan lancar. Paduan unsur warna yang harmonis dengan penuh makna bagi siapa yang melihatnya. Unsur warna biru yang kita kenal dengan melambangkan warna langit yang begitu luas, bersahabat dan tenang. Ditambah lagi dengan ada yang mengartikan bahwa biru melambangkan kesuburan sehinga warna batik Megamendung pada awalnya selalu memberikan unsur warna biru diselingi dengan warna dasar merah.
Perkembangan dunia batik yang semakin berkembang ditambah dengan permintaan batik yang demikian beragamnya, maka motif-motif Megamendung banyak dimodifikasi dengan pendekatan berbagai macam, sbb:
1. Bentuk Motif
Bentuk motif Megamendung pada saat sekarang sudah banyak berubah dan dimodifikasi sesuai dengan permintaan pasar diantaranya oleh komunitas perancang busana (fashion designer). Tidak dipungkiri bahwa kelompok perancang busana memberikan andil yang sangat besar bagi kemajuan dunia batik termasuk untuk mengangkat motif Megamendung. Motif Megamendung sudah dikombinasi dengan motif-motif bentuk hewan, bunga atau unsur motif lainnya. Sesungguhnya keberadaan motif Megamendung yang digabungkan dengan motif lain sudah ada sejak dahulu dan telah dibuat oleh seniman batik tradisional. Namun belakangan ini setelah diangkat secara total oleh perancang busana maka motif batik Megamendung semakin berkembang pesat.
2. Proses Produksi
Proses produksi batik Megamendung yang dahulunya dikerjakan secara batik tulis dan batik cap, sekarang dikembangkan pula dengan proses produksi sablon (print). Dengan demikian harga produksi bisa ditekan lebih murah. Walaupun kain bermotif Megamendung yang dibuat dengan proses sablon tidak bisa kita namakan batik, namun secara komersil motif Megamendung merupakan sasaran empuk bagi produsen tekstil yang bisa menghasilkan banyak keuntungan.
3. Bentuk Produksi
Wujud benda produksi pada masa sekarang ini yang mengenakan motif Megamendung tidak lagi dalam wujud kain batik. Motif Megamendung digunakan sebagai hiasan dinding lukisan kaca, pada produk interior berupa ukiran kayu, adapula yang dijadikan sebagai produk-produk sarung bantal, sprei, taplak meja (household) dan lain-lain.
Saya setuju dan sangat mendukung pendapat sekelompok pecinta batik yang menjadikan motif megamendung merupakan wujud karya yang sangat luhur dan penuh makna, sehingga penggunaan motif megamendung sebaiknya dijaga dengan baik dan ditempatkan sebagaimana mestinya. Kita sebagai masyarakat yang berkecimpung di dunia batik tidak membatasi bagaimana cara bentuk motif megamendung diproduksi, namun saya tidak setuju bilamana motif-motif megamendung dengan berbagai bentuk dijadikan barang produksi berupa pelapis sandal di hotel-hotel
Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka





Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka



Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka



Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka


Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka



Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

mirip Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka


Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka


Arachely Serena Pramudya 6m with her father Pramudya Eka

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »