Ternyata No HP Kita Bisa Jadi No Rekening Bank, Mengenal Branchless Banking dan E-Money.

Mengenal Branchless Banking dan E-Money.

Salam sobat blogger, Zaman memang sudah berubah seiring era informasi menggantikan era industri, dimana informasi dewasa ini menjadi sangat mudah didapat, transaksi elektronik yang sudah familiar di masyarakat, toko online/ website jasa layanan yang berani beriklan di televisi-televisi dengan dana yang tidak sedikit dan apakah mereka mendapat feedback dari iklan tersebut? Tentunya karena mereka melihat sebuah peluang yang sangat besar pada dunia maya/ online mereka berani melakukan itu. Seperti kutipan berita berikut:

Layanan branchless banking hasil konsorsium tiga operator seluler bersama Bank Mandiri yang diluncurkan dengan nama Rekening Hape, diyakini tidak akan membunuh layanan e-money yang sudah ada. Kenapa?

"Karena ada perbedaan segmen pasar.‎ Rekening Hape bakal mengincar pasar di daerah pinggiran kota. Sementara e-money mengincar pengguna smartphone di perkotaan," kata Group Head Mobile Financial Services Indosat, Randy Pangalela.

Indosat sendiri telah menerbitkan e-money yang diberi nama Dompetku. Sejauh ini layanan itu telah memiliki 1,5 juta pelanggan. Operator lain seperti Telkomsel juga menggelar layanan e-money dengan brand T-cash, dan XL Axiata dengan XL Tunai

Ketiganya sepakat menargetkan Rekening Hape lebih menyasar segmen pasar di daerah yang warganya tidak memiliki rekening bank dan masih menggunakan ponsel basic maupun feature phone yang masih mendominasi 70% pasar.

Sejak akhir Maret lalu hingga April 2015 ini, Rekening HP baru tersedia di kota Garut, Tasikmalaya, dan Bandung, Jawa Barat. Rencananya layanan ini akan diperluas ke kota lain.

Rekening Hape memanfaatkan nomor telepon seluler nasabah sebagai nomor rekening. Para agen yang telah ditunjuk akan menjadi perpanjangan tangan bank di desa untuk menjangkau nasabah. Nasabah juga dapat tarik tunai tabungannya dari mesin ATM Bank Mandiri dan jaringan ATM Bersama.  (dikutip: inet.detik.com)
Mengenal Branchless Banking dan E-Money.

"Meniadakan Batas Akses Layanan Perbankan" Bank Sinarmas, Buka tabungan via online . Oleh : Arianto Muditomo seorang Praktisi Perbankan dalam blognya muditomo.blogspot.com menjelaskan bahwa keberagaman e-channel yang telah disediakan, meliputi automatic teller machine (ATM), point of sales (POS) device/ electronic data capture (EDC), phone banking, internet banking dan mobile banking telah semakin akrab digunakan. Pengguna dan jumlah transaksi melalui e-channel ini bertumbuh sangat pesat. Pertumbuhan ini didukung pula dengan semakin murahnya akses jaringan komunikasi data yang sangat dominan perannya dalam e-channel ini. 
 Pada tahun 2013 Bank Indonesia akan menyiapkan kebijakan dan peraturan kegiatan operasional branchless banking atau konsep perbankan tanpa cabang melalui teknologi informasi ataupun kerjasama dengan industri lain, dengan maksud untuk meningkatkan akses masyarakat yang selama ini belum terjangkau lembaga keuangan.
Meskipun saat ini pada dasarnya bank-bank telah mengoperasikan beberapa konsep branchless banking, tidak ayal rencana penerbitan PBI dimaksud menuntut perbankan untuk lebih mempersiapkan infrastruktur dan sumber dayanya dalam hal pengoperasian branchless banking secara lebih jelas dan lengkap.
Peran Perbankan Dalam Branchless Banking
Dengan semakin beragamnya access channel layanan perbankan yang tidak melalui cabang, bukan berarti bisnis perbankan menjadi hilang atau tidak diperlukan lagi. Peran perbankan dalam konsep branchless banking tetaplah dominan, yaitu sebagai: 
  • Holding float
Bank akan memelihara rekening dan/atau mengelola pembayaran penyedia layanan dan juga penerbit e-money. Potensi floating fund  dari kegiatan ini adalah sangat besar.  
  • Issuing e-money
Bank dapat pula berperan langsung (atau bekerjasama dengan institusi lain seperti perusahaan telekomunikasi, perusahaan pengiriman/pos) sebagai penerbit e-money.  
  • Rent a BIN
Bank dapat menyewakan BIN (bank identification number) yang dimilikinya kepada penerbit e-moneyuntuk memberikan akses yang lebih luas pada system pembayaran nasional/global.  
  • Payment business
Sebagaimana lazimnya bisnis bank, bank tentu saja dapat berperan sebagai agen pembayaran bagi agen dan jaringan agen.  
  • Set-up an additional channels
Bank dapat pula melakukan inisiasi pengembangan jaringan agen (melalui aliansi strategis) dengan maksud menyediakan tambahan access channel bagi nasabahnya.  
  • Set-up a growth channel
Selain memberikan tambahan access channel bagi nasabahnya, dalam hal ini bank dapat pula melakukan inisiasi pengembangan jaringan agen (melalui aliansi strategis) dengan maksud menjangkau pasar yang belum terjangkau sebelumnya, baik karena kondisi geografis ataupun karena alasan lain.
  • Super Agent
Pada titik tertinggi sebuah aliansi strategis, bank dapat menjalankan fungsi utamanya (sesuai core competency-nya) sebagai aggregator manajemen likuiditas agen dan jaringan agen sekaligus sebagai sentra penyelesaian pembayaran.
Dengan beragamnya peran bank dalam branchless banking ini, fokus bank sebagai financial intermediary justru semakin meluas, sehingga “kendaraan” untuk meningkatkan financial inclusion akan semakin beragam pula. Oleh karena itu pada akhirnya konsep branchless bank ini akan meniadakan batas akses layanan perbankan.

Semoga bermanfaat

Shime

Stationary practice of Tekki (Shodan - Sandan). Focus on the `three axis's' for rotational power.
Shime means to squeeze or choke. In contrast to the criticality of relaxing, the idea of shime—in the technical sense/technique-wise—seems to create a paradoxical situation. In actuality, this technical paradox elucidates the need for shutting down ‘in one part (or parts of the body)’ through the application of power, whilst dynamically utilising another part (or parts of the body).
 

Off the top of my head, let’s consider some very basic examples (the most blatant are when leg techniques are applied whilst various kamae (postures), uke (receptions/blocks), tsuki (thrusts/punches) or uchi (strikes) are held motionless. For example, basic mae-geri-keage and yoko-geri-keage practice in heisoku-dachi and with gedan-kakiwake; movements 17 and 20 of Heian Nidan—mae geri keage with chudan uchi uke fixed in place; the three fumikomi in Heian Sandan; movements 14-16 of Heian Godan (especially during `sasho ni migi mikazuki-geri’ where `hidari tekubi hidari sokumen chudan kake uke’ must not move); and throughout the nami-gaeshi in Tekki Shodan when executing the sokumen-uke. Of course, “…shime also occurs without the involvement of leg techniques”; however, pedagogically speaking, the combination of tensing the wakibara whilst delivering ashi-waza is `typically’ the initial stage of learning this fundamental aspect of karate-waza. In doubt, it is probably worth examining (or more likely, for most Shotokan people, re-examining) the works of the late Shuseki-Shihan (Chief Instructor), Nakayama Masatoshi Sensei.
The axis in gyaku zuki is aligned with the lead shoulder; thereby, not moving the body rearward and making the tsuki weak.
Obviously, without shime in the wakibara, when snapping out kicks, the arms inevitably will flail around or move superfluously (most commonly `pulled down’, `pulled back’ or worse still, both!). And, needless to say, such superfluous action has numerous negative effects. For example: (1.0) telegraphing leg techniques and, consequently, leaving one `more open to being attacked’ whilst kicking; (1.1) creating the inability to immediately attack again `directly’ (that is, make an ‘optimal renzokuwaza/combination attack’); and, (1.2) generally speaking, a lack of self-awareness/self-control. Of course, this list of negatives could go on and on…

It is clear that shime is an important skill not only to make clean kihon and kata, but it is also imperative in kumite and, indeed, valuable in self-defence. To give one reason `why this is the case’: “…if one develops the capacity to autonomously use shime appropriately, in any situation and especially under extreme pressure, their techniques will be direct and their defence will be far more efficient.
The opening of Kanku Dai. Shin kokyu practice.
 As an analogy, imagine `energy flowing through your body like electricity powering an electrical appliance’. Shime would be where you could `shut off the electricity in certain areas, and channel it/express it elsewhere’. That being said, shime inherently goes far beyond this; for example, limiting power or `distributing the power’ differently. One simple illustration of this is the completion of `movement 21’ of Heian Godan (Migi sokumen jodan uchi uke doji ni hidari sokumen gedan barai), which is, of course, mirrored in `movement 23’. In the case of the sokumen gedan barai 70% of power is applied and, thus, only 30% to the sokumen jodan uchi uke). How about the slow and coordinated action of forming migi kokutsu dachi with `hidari haiwan hidari sokumen jodan yoko uke doji ni migi zenwan hitai mae yoko kamae’ (‘movement one’ of Heian Yondan). In this case, shime must be applied to correctly achieve `te-ashi onaji’. In this case, shime is fully applied to the right leg (through tai no shinshuku), whilst the un-weighted left leg glides—ever so slightly above the ground/floor—to its proper position. Some may argue that this is not shime, but here in Japan, such movements are well recognised as being so by senior instructors. Accordingly, this further elucidates the “constant seeking of technical simplification and, thus, ever-greater technical depth”, which leads to ‘autonomously functional budo-karate-technique’. 

A simple application to test in jiyu-kumite: Lastly, consider trying this in jiyu kumite. When you attack with gyaku-zuki, apply shime to the wakibara of your lead arm and delay the withdrawal of your kamae (as you punch with your opposite hand: to prolong and maintain a firm cover). If you do this with the correct maai, and place your lead foot as close to your opponents lead foot as possible, “your defence and offence at the moment of attack will be optimal”. Still, as always, it will then come down to your capacity to authentically produce kime. Looking at this exercise, from a different angle, and you will also see that it will also give you `an honest evaluation of the efficacy of your fundamental techniques and kata’. Again, it can never be emphasised enough that, in traditional Budo Karate: kihon, kata and kumite are one.

Taken as a whole, I’d like to offer a word of warning… The main point of shime, like all other aspects of budo karate, is functionality. With this in mind, it transcends `the look’ of techniques. A simple test and understanding, which we always emphasise, is that “…kihon, kata and yakusoku kumite always relate, and lead, to effective jiyu kumite and goshin-jutsu”.  Indeed, when this fails to be the case, the movements of karate cease to be a true martial: irrespective of how strong or impressive they appear.
Unambiguously, this only scratches the surface level of shime and fails to address the other essential aspects of shime, such as the constant yet varying energy in the seika tanden, how this relates to ones kokyu (breathing), and so on. That being said, I hope that this short article helps you to address—or readdress—your understanding of shime in Karate-Do; moreover, in the greater context of Budo (Traditional Japanese Martial Arts) in general.
 
© André Bertel. Aso-shi, Kumamoto. Japan (2015).

Cara Menambah User Di Blogspot

Salam sobat blogger, ketika kita memilki sebuah blog yang di share untuk pengunjung atau orang yang mau memberikan kontribusi kepada blog kita dengan batasan hanya sebagai penyumbang konten, maka menjadikan mereka sebagai user adalah solusinya dimana mereka bisa memuat konten mereka di blog yang kita miliki, kontrol akses tetap kita yang memegang kendali dari blog tersebut.

Berikut ini cara untuk menambah user pada blogspot sehingga sebuah blog bisa di entri oleh beberapa user/ penulis. Penambahan user pada blogspot hanya untuk menambah artikel dan mempublishnya serta setelan untuk berhenti menjadi kontributor blog tersebut, sehingga user baru dibatasi hak aksesnya untuk mengedit atau meng-Costumize blog. Berbeda dengan penambahan user pada wordpress, disana ada beberapa kategori user mulai dari pelanggan, kontributor, editor, admin dan super admin, sehingga di wordpress akan lebih mudah membagi tugas yang mungkin diperlukan beberapa  user untuk mengelolanya.

Langsung saja langkah pertama yang harus anda lakukan ketika hendak menambah user pada blogger.com :
  • Login ke blogger.com
  • Pilih blog yang akan anda tambahkan usernya (jika ada beberapa blog di account anda)
  •  Klik pada setelan dasar pada bagian izin pengarang blog, anda tambahkan alamat email user yang akan di tambahkan.


    • Klik pada Undang Pengarang, dan user baru akan mendapat email untuk bergabung menjadi kontributor blog yang kita pilih.
    • User baru harus menerima undangan tersebut supaya dapat bergabung menjadi kontributor.
    Cara Menambah User Di Blogspot

    • User baru hanya dapat melakukan entry artikel dan pengaturan/ setelan keluar dari kontributor blog.
    Cara Menambah User Di Blogspot
    •  Demikianlah sehingga user baru sekarang sudah bisa menjadi kontributor dalam blog yang anda pilih.

    Menjadikan Pengarang Menjadi Admin 

    Nah bagaimana jika kita memang ingin menyerahkan sepenuhnya blog yang kita miliki untuk dikelola kepada orang yang sudah kita percayai sepenuhnya, Status user atau pengarang pada blogger.com bisa di ubah menjadi admin untuk mendapatkan kontrol full atas konten dan pengaturan yang ada. Caranya adalah sama seperti kita menambahkan user/ pengarang. Pada posisi pengarang terdapat dropdown admin dan penulis, silakan sobat ganti menjadi admin pada user yang sobat pilih menjadi admin, kemudian simpan setelannya.

    NB: Menjadikan seorang user menjadi admin adalah memberikan semua akses atas blog sobat, termasuk menghapus blog itu sendiri.

      Semoga bermanfaat



      Trainees from Germany: Peter Lampe, Frank Kölher & Rainer Schöne

      Between April 17th and 19th, three karateka from JKA Germany came for training at my private dojo: Peter Lampe (4th Dan), Frank Kölher (3rd Dan) and Rainer Schöne (1st Kyu). Peter, Frank and Rainer completed two hours of private lessons on Friday evening, three hours on Saturday, and two hours on Sunday; furthermore, informal practice and explanations were given outside of the dojo as well. This included trips to the famous Aso Jinja; Kokuzou Jinja where I regularly self-train; Kumamoto Castle; the grave of the legendary swordsman Musashi Miyamoto; and to Shototakuhirokan (my instructor, Nakamura Masamitsu Shihan’s dojo), which serves as the `Central Kumamoto City Branch of the Japan Karate Association’. Due to their excellent manners, Nakamura Shihan even invited them for tea in the dojo and greatly enjoyed talking to them.

       
      TRAINING: The private lessons I taught covered key points of authentic Budo Karate, as taught here in Japan, and the theme was “All Karate must work towards effectiveness in a non-prearranged context”. That is, techniques/applications ‘for demonstrations sake’—without them leading to effectiveness in a real fight “…are nothing more than showmanship”.  Hence, generally speaking, the lessons were based on “the necessary ingredients needed for traditional budo karate”. While I won’t precisely go into what I taught (as this was/is for Frank, Rainer and Peter) I’ll briefly outline the techniques/points that were covered:
      Rainer, Morooka San, myself, Peter and Frank after the final training.

       A brief outline of the private lessons for Peter, Frank and Rainer

       TACHIKATA: * Zenkutsu dachi hanmi and shomen; * Kokutsu dachi; * Transferring from kokutsu dachi to zenkutsu dachi; * Transferring from zenkutsu dachi to kiba dachi with yori ashi; * Tenshin (kaiten shinagara) in both shizentai and zenkutsu dachi in relation to basic koshi no kaiten and precise positioning. In sum, `position is for optimal efficiency’ and `sinking combined with te-ashi onaji’ are essential in body shifting.

      TSUKIWAZA AND UCHIWAZA: (1) Choku-zuki (use of `snap energy’ and seiken); (2) Gyaku-zuki and (3) Kizami-zuki (Koshi no kaiten, Tai no shinshuku and transfer of body weight with snap); (4) Jun-zuki/Oi-zuki (Koshi no kaiten, ashi hakobi and timing); (5) Oi-komi gyaku-zuki (Collision power, timing, foot positioning and targeting); (6)Precise use of ‘chikara no kyojaku’  power in uchiwaza (the concept of muchiken with shuto and haito); and (7) Jun kaiten vs. Gyaku kaiten—via the teaching of correct kaiten uraken/kaiten enpi.

      UKEWAZA: The basic ukewaza of Shotokan with focus on the following points: (a) Position of the elbows; (b) use of tekubi/the wrist; (c)Movement—avoiding `over action’ and correct distance of the ukewaza from the body; (d) projecting the energy forward; and (e) `optimal positioning’.

      Rainer, Peter and Frank: serious about their karate and really nice guys!!! Here pictured at Kumamoto Jo.
      KERIWAZA: The main focus was mae-geri keage; however, the points given (in relation to the use of energy in tsukiwaza) perfectly applies to all of the other kicks of Karate-Do. Yoko geri kekomi was also briefly shown/detailed in this regard: Here is an overview of we covered: (i) Josokutei/Koshi action; (ii)Kicking forward the rear and high/tight compression; (iii) applying the bodyweight whilst maintaining lateral and vertical posture; (iv) Ratio of speed in hiki-ashi: 30:70; and again, like tsukiwaza and uchiwaza, (v) correct use of power.

      
      I first met Peter in 2010 when teaching my first Karate-Do Seminar in Ahrensburg, Germany.
      CORRECT KUMITE: Applying everything applied and the perfect interrelationship’ between kihon, kumite and kata: the technical essence of Traditional Japanese Budo Karate.  The maxim that “jissen-kumite (actual fighting effectiveness) is the heart of karate technique” was constantly emphasised. In order to achieve this, Gohon Kumite, Kihon Ippon Kumite and ‘Jiyu kumite no uchikomi’ (focusing on hand attacks) were utilised.

      Guest instructor – Morooka Takafumi San: While I taught on the first two days, on the final lesson I asked my training partner, Morooka Takafumi San (JKA 4th Dan), to instruct the class. He kindly agreed, and travelled to Aso-shi with this family (even though he is currently injured). Needless to say, what Morooka San taught was completely consistent with the previous two days of practice; thereby, and not surprisingly, it perfectly further reinforced what I’d taught. Overall, Morooka San took an excellent session to wrap up the weekend.

       To conclude, I’d like to say that Peter, Frank and Rainer are really great guys whom I am honoured to have met through Karate-Do. They train hard and are serious about their personal development of Budo Karate technique. Accordingly, they really did their best (and did very well) to take in what was being taught to them ‘during every second of practice’. And, outside of the dojo, they were a lot of fun to spend time with. It was a wonderful time of karate keiko and camaraderie. Moreover, they not only made a very positive impression on me and my family, but also Morooka San, and Nakamura Shihan. We certainly look forward to seeing Peter, Frank and Rainer again in the future here in Japan, not only as karateka but as friends. Osu, André.
      Kokuzou Jinja, Aso-shi.
       © André Bertel. Aso-shi, Kumamoto, Japan (2015).

      Cara Mengetahui Peforma Sebuah Blog / Website

      Cara Mengetahui Peforma Sebuah Blog / Website


      Salam, Sobat blogger SEO (search engine optimization) adalah hal yang wajib dilakukan  dalam mendesign sebuah blog atau website untuk mendapat tempat yang strategis dalam mesin pencari sehingga dapat menarik banyak pengunjung untuk menaikan rate ataupun traffik. Setelah searching ke mbah google, saya menemukan banyak cara dan trik untuk memaksimalkan website kita di mesin pencari, salah satunya dengan mengganti default tag untuk judul pada tamplate blogger sehingga lebih SEO friendly. Langsung saja berikut cara menggantinya:

      1.Log in ke dashboard-->layout- -> Edit HTML
      2.Gulir kebawah atau cari dengan Ctrl + F kode berikut ini


      3.Sekarang ganti kode sebaris diatas dengan kode berikut ini



      Klik pada  "
      Save Templates" dan OK 

       Ada beberapa website untuk mengukur performa website kita diantaranya:
      1. . Chkme.com Untuk memeriksa struktur tamplate secara umum seperti penggunaan "Website Keywords, Deskripsi dll
      2. gtmetrix.com  Untuk mengukur kecepatan loading halaman dalam website
      3. https://www.google.com/webmasters/tools/mobile-friendly/ Untuk mengetahui halaman/website mobile friendly ataukah tidak?

      Mengatasi Demam Anak Tanpa Obat

      Arachely Serena Pramudya 7Bln... kasian ga ketemu daddy sebulan jadi fever..

      Obat pereda demam untuk anak-anak banyak macamnya dan mudah didapatkan di apotik. Namun banyak di antara kita yang menghidarinya dan hanya menggunakan obat tersebut bila suhu badannya benar-benar tinggi.
      Bahan dasar obat untuk meredakan demam pada anak umumnya adalah parasetamol atau ibuprofen. Keduanya memiliki efek samping, misalnya parasetamol dapat dikaitkan dengan asma, sedangkan ibuprofen dapat mengakibatkan sakit maag dan masalah ginjal.
      Bila demam tidak terlalu parah, mengapa tidak dicoba saja 7 cara alami ini?
       
      Arachely Serena Pramudya 7Bln.


      Arachely Serena Pramudya 7Bln.


      Inilah cara paling umum yang sering dilakukan sejak dulu, karena paling mudah dilakukan dan efektif. Kompreslah dahi dengan handuk basah yang dingin, atau sekarang sudah banyak tersedia alat kompres yang dapat dibeli di apotik terdekat. Kompresan air dingin akan menurunkan suhu di kepala, sehingga anak menjadi lebih tenang.
       
      Arachely Serena Pramudya 7Bln with Dad Pramudya Eka
      Memandikan anak dengan air hangat atau ruam-ruam kuku, akan membantu meredakan demam pada anak. Jangan memandikannya dengan air dingin karena ia akan menggigil kedinginan. Tambahkan garam mandi atau essential oil misalnya Lavender oil untuk menenangkan tubuh. Bila tidak mungkin memandikannya, lap tubuh dengan handuk atau washlap basah yang hangat.
       
      Arachely Serena Pramudya 7Bln setelah ketemu daddy Pramudya Eka sembuh
      Campurkan minyak kayu putih dengan 2-3 parutan bawang merah, ditambah seiris jeruk nipis. Bila minyak kayu putih terlalu keras, bisa diganti dengan minyak kelapa. Jeruk nipis dapat digantikan dengan asam Jawa. Pijatlah tubuh si kecil dengan ramuan ini, terutama punggung, dada, dan perut.

      PepperMint Oil sangat bermanfaat untuk meredakan demam pada anak. Mentol yang ada di dalam PepperMint Oil akan melancarkan hidung yang mampat tersumbat, sinusitis, serta gejala demam lainnya. Pijatlah dada dan punggungnya secara perlahan. PepperMint Oil akan meredakan temperatur kulit si Kecil yang hangat.

      Salah satu efek dari demam pada anak adalah dehidrasi atau kurangnya cairan tubuh. Berikan minum yang banyak. Cobalah makanan berkuah kaldu, teh herbal misalnya teh jahe dan madu. Anda juga dapat memberikan jus buah yang dibekukan untuk mendinginkan demam pada anak dari dalam tubuh.

      Berikan makanan yang bergizi tinggi agar daya tahan tubuhnya lebih baik. Demam pada anak membuat selera makan jadi menurun. Jadi pastikan apa yang ia makan benar-benar bergizi. Kuah kaldu (bukan dari kaldu blok, tetapi kuah rebusan ayam/daging) adalah salah satu contoh makanan bergizi untuknya.

      Istirahat membuat suhu tubuh mudah reda. Bila si kecil terus aktif bergerak, tubuh akan lelah dan temperatur dapat meningkat. Bila ia tidak mau tidur, putarkan acara TV kesenangannya dan minta ia berbaring.

      Arachely Serena Pramudya 7Bln.




      Arachely Serena Pramudya 7Bln. play with daddy Pramudya Eka
      Arachely Serena Pramudya 7Bln. buat anak merasa nyaman
       Dalam laporan terbaru di jurnal Persatuan Dokter Anak Amerika tentang demam anak disebutkan bahwa orangtua sebaiknya berkonsentrasi untuk membuat anak merasa nyaman ketika demam dibanding menurunkan suhunya. Karena penyebab demam bisa beragam, usaha menurunkan panas juga bisa memperlambat kesembuhan. 

      Beberapa hal yang perlu diketahui orangtua mengenai demam adalah demam bukanlah penyakit utama, kondisi ini merupakan reaksi tubuh alamiah terhadap suatu penyakit. Demam bisa pertanda tubuh sedang melawan infeksi karena suhu yang tinggi tersebut memperlambat pertumbuhan bakteri ataupun virus.

      Oleh karena itu usaha mengatasi demam yang salah bisa memperpanjang masa sakit. Hal ini berbeda dengan pendapat orangtua sebelumnya bahwa demam bisa memperburuk suatu kondisi penyakit ataupun berdampak buruk secara umum terhadap anak mereka. 

      Banyak orangtua juga mencemaskan kejang demam. Obat penurun panas tidak terbukti dapat mencegah terjadinya kejang demam. Kejang (jika terjadi) biasanya disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh yang pesat di tahap awal infeksi, seringkali sebelum para orangtua menyadari anaknya terkena demam.

      Saat demam biarkan anak tersebut istirahat. Walaupun Anda berharap ia minum obat, tunggu saja saat ia terbangun meskipun jadwal pemberian obat penurun panas sudah berlalu. Hati-hati saat memberi obat ya, Ma. Pastikan dosisnya sesuai aturan di kemasan. Jika Anda memberi obat penurun panas golongan acetaminophen ataupun ibuprofen, pastikan Anda tidak memberi obat batuk atau flu yang mengandung antipyretic. Pemberian dua jenis obat tersebut. secara bersamaan dapat menimbulkan overdosis.

      Hingga bayi berusia 4 bulan, jika ia demam hingga 38,5 derajat Celcius, orangtua harus segera menghubungi dokter anak. Meskipun begitu, usahakan tidak hanya berfokus pada angka-angka di termometer. Yang paling utama, obat penurun panas sebaiknya digunakan sebagai bantuan untuk membuat anak merasa nyaman. Jika walaupun demam anak terlihat tenang dan tidak rewel, Anda tidak harus memberinya obat penurun panas.

      Arachely Serena Pramudya 7Bln tau2 sembuh setelah ketemu daddy hohoho


      Not representing Kumamoto-Ken

      Competition is to test oneself. Winning is irrelevant.
       While I won the Kumamoto Prefecture title, in the men’s individual kata, I have decided to not compete for Kumamoto at the JKA All Japan’s at the end of June.

      There are several reasons for this, but the prime is that I cannot justify dedicating "all of my practice to kata" between now and then; and hence, I’d be doing JKA Kumamoto an injustice. Secondly and connected to this, only one person can enter the individual kata at the JKA All Japan’s (for Kumamoto Prefecture); thus, if I enter I will be taking away a ‘Kumamoto no senshu’ from being able to represent their province. To me, even though I won, this is simply not right.

      My purpose for entering—“to test myself”: Lastly, my purpose in entering this year’s JKA Kumamoto Prefecture Championships was never to win but, rather, to simply test my karate. To win or not win the title is never my concern. Of course, it is great to win in Japan, due to the technical standards: but that is nothing more than a bonus. My karate is not, and has never been, for tournaments. While I will certainly compete again to test out my skills—and fully respect those dedicated to ‘Budo karate competition’, I’ll only enter so when it doesn’t interfere with my overall Karate-Do objectives.
      
      
      Morooka San will compete in the dantai kumite.

      So who will represent Kumamoto at the All Japan Championships? This year’s medal winners, at the JKA Kumamoto Prefecture Championships (in the men’s individual kata), were as follows:
      1st Place (Yusho): BERTEL, André
      2nd Place (Jun yusho): KISHIGAMI, Kazuto
      3rd Place: MOROOKA, Takafumi

      Honourable mentions:          NOBORU, Tanaka & IWAMOTO, Hiroshi

      Therefore, this years `Jun Yusho' (and several years undefeated prefecture kata champion)—Kishigami Kazuto San—will now be going. I wish him the very best of luck in his kata preparations for the 58thJKA All Japan Karate-Do Championships. Moreover, I wish my training partner and friend, Morooka Takafumi San, all the very best in the dantai (team) kumite. I’m looking forward to training with him towards this event. Osu, André.
       
      © André Bertel. Aso-shi, Kumamoto. Japan (2015).

      Cara Menulis Arab Di Word 2007 Windows Xp


      Menulis Arab

      Salam sobat blogger, pekerjaan mengetik memang tidak sulit bagi orang yang memang sudah terbiasa melakukannya, apalagi buat sobat blogger sekalian tentunya mengetik sudah menjadi hal yang mudah, namun hal ini mungkin akan berbeda jika kita ingin membuat tulisan dalam bahasa arab atau simbol matematika yang tidak bisa langsung ada pada default program microsoft word atau program pengolah kata lainnya.

      Biasanya untuk memasukan tulisan bahasa arab yang merupakan ayat alquran kita menggunakan add in dalam Ms. Word, software yang dibuat terintegrasi dengan program Ms. Word untuk memasukan ayat alquran beserta terjemahannya kedalam beberapa bahasa. Untuk mendownloadnya silakan cek disini.

      Nah bagaimana jika kita akan menulis bahasa arab yang bukan ayat alquran? Untuk sistem oprasi windows kita biasanya diharuskan menginstall script tambahan agar dapat mendukungnya yang terdapat dalam paket windowsnya. Untuk yang sudah terinstall scriptnya silakan tambahkan "Input Langguage" dan Keyboardnya melalui control panel Pilih Date, Time, Langguage and Regional Option, kemudian Add Other Langguage, Pada Regional dan Langguage Option Pilih pada tab Langguage kemudian klik Details akan muncul windows Text Services and Input Langguage, kemudian klik pada pilihan "Add" untuk menambahkan Bahasa Baru dan Setingan Keyboardnya, disini saya menggunakan Arabic[Saudi Arabia] dan setingan keyboard Arabic [101] atau [102]. Untuk lebih jelasnya lihat tutorial gambar berikut:

      Cara Menulis Arab Di Word 2007 Windows Xp
       
      Cara Menulis Arab Di Word 2007 Windows Xp1

      Cara Menulis Arab Di Word 2007 Windows Xp2

      Cara Menulis Arab Di Word 2007 Windows Xp3

      Setelah semua ok , silakan sobat coba langsung di microsoft wordnya dengan Align Right tentunya karena bahasa arab menulisnya dari arah kanan. Untuk keyboarnya silakan gunakan On-Screen Keyboard untuk mempermudah pencarian letak hurufnya.
      Cara Menulis Arab Di Word 2007 Windows Xp4

      Nah jika kita tidak memerlukan semua tulisan dalam bahasa arab dan hanya menulis bahasa Arab yang lazim dipakai di indonesia menggunakan Ms. Word yang biasanya dirangkai dengan huruf alfabet seperti : kata "Alloh", "Mohammad", "Allohuakbar", "Sholallohualaihiwasalam", "alaihiwasalam" dan lainnya, maka cara berikut ini mungkin yang sobat cari, sehingga tidak perlu melakukan tambahan apapun dari program MS. Word yang sudah ada.

      Seperti kutipan dari wikipedia org ada beberapa kata yang bisa kita buat dengan cara sebagai berikut:

      Pertama masuk dulu ke program Ms. Word sobat, kemudian contoh untuk membuat tulisan ﷲ‎, maka sobat ketikan FDF2 pada program Ms. Word kemudian tekan dan tahan tombol Alt, kemudian tekan tombol X, lihat hasilnya.

      Contoh-contohnya:
          U+FDF0 Untuk menampilkan
          U+FDF1 Untuk menampilkan
          U+FDF2 Untuk menampilkan ﷲ‎
          U+FDF3 Untuk menampilkan
          U+FDF4 Untuk menampilkan
          U+FDF5 Untuk menampilkan
          U+FDF6 Untuk menampilkan
          U+FDF7 Untuk menampilkan
          U+FDF8 Untuk menampilkan
          U+FDF9 Untuk menampilkan
          U+FDFA Untuk menampilkan ‎  atau  (صلى الله عليه وسلم )
          U+FDFB Untuk menampilkan ‎ atau  (جل جلاله)
          U+FDFC Untuk menampilkan
          U+FDFD  Untuk menampilkan   بسم الله الرحمن الرحيم




      Semoga bermanfaat

        Cara Memasang / Memasukan File PowerPoint dan PDF ke Postingan Blog

        Cara Memasang / Memasukan File PowerPoint dan PDF ke Postingan Blog

        Kalau biasanya kita memasukan dan memasang file DOC,EXCEL,POWERPOINT maupun PDF ke dalam artikel blog dengan slidshare namun pada kesempatan kali ini, saya akan memberikan tutorial yang berbeda dengan yang lainya, yaitu cara memasang File Power Point dan PDF ke Postingan Blog menggunkan google drive dengan fasilitas google slide. Karena menurut saya mengupload file ke ppt ke google drive lebih

        34TH KUMAMOTO PREFECTURE CHAMPIONSHIPS

        Tekki Shodan in the Shitei-gata eliminations

        Over the weekend the 34th JKA (Japan Karate Association) Kumamoto Prefecture Championships were held in Tamana-Shi.
         
        Result: YUSHO!!! – Men’s Individual Kata Champion
         
        Actually, the Shototakuhiro Dojo (JKA Kumamoto Chuo Shibu) won a total of nine medals at the prefecture championships: Five gold, two silver, and two bronze. Of course, the real thrill is to see these youngsters and their talent. Here is a list of the club members who won titles and/or placed:
         
        ·         Kento Hiyoshi – Elementary School 4thGrade Boys Individual Kata – Champion
         
        ·         Shiki Uchida – Junior High School 1st Grade Boys Individual Kata – Champion
         
        ·         Hyuga Takamori – Junior High School 2nd Grade Boys Individual Kata – Champion
         
        ·         Aiko Omori – Elementary School 5thGrade Girls Individual Kata – Championand 3rd Place Individual Kumite
         
        ·         Saki Hirai – Elementary School 5thGrade Girls Individual Kata – 2nd Placeand 2nd Place Individual Kumite
         
        ·         Takafumi Morooka – Men’s Individual Kata – 3rd Place
         
        ·         André Bertel – Men’s Individual Kata – Champion
        Heian yondan in the shitei-gata eliminations

        I’d especially like to offer my thanks to Nakamura Masamitsu Shihan and Akiyoshi Sensei, and also to my training partner, Morooka Takafumi San. Domo arigato gozaimashita. Osu, André

        © André Bertel. Aso-shi, Kumamoto. Japan (2015).
        
        Gojushiho Dai in the final
        Gojushiho Dai Kata - Kentsui hasami uchi
        It is very hard to win in Japan, especially for foreigners. A gaikokujin winning at prefectural level here is unprecedented.
        Unfortunately Morooka San was given shikaku (total disqualification). His opponent was sent to the hospital.
        The Shototakuhiro Dojo (JKA Kumamoto Chuo) Team.
         

        Kebaya anak... warisan budaya indonesia

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan
        Horeeee Serena 2y8m dapat kiriman baju dari eyang mamah sumiyati dari Indramayu berupa baju kebaya  dan kebetulan sekali bulan april ada acara kartinian
        serena dapet 2 stel kebaya satu kebaya modifikasi warna merah dan satunya kebaya klasik bludru hitam lengkap dengan kain songket abu-abunya

        Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni.
        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan



        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Sejarah

        Asal kata kebaya berasal dari kata arab abaya yang berarti pakaian. Ada pendapat yang menyatakan kebaya berasal dari China. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat. Namun ada juga pendapat bahwa kebaya memang asli dari Indonesia. Karena pakaian asli China adalah Cheongsam yang berbeda dari kebaya. Bentuk paling awal dari kebaya berasal dari istana Majapahit[1] sebagai sarana untuk memadukan perempuan Kemban yang ada, tubuh bungkus dari perempuan aristokrat menjadi lebih sederhana dan dapat diterima oleh yang baru memeluk agama Islam. Aceh, Riau dan Johor dan Sumatera Utara mengadopsi gaya kebaya Jawa sebagai sarana ekspresi sosial status dengan penguasa Jawa yang lebih alus atau halus. Nama kebaya sebagai pakaian tertentu telah dicatat oleh Portugal saat mendarat di Jawa. Kebaya Jawa seperti yang ada sekarang telah dicatat oleh Thomas Stamford Bingley Raffles di 1817, sebagai sutra, brokat dan beludru, dengan pembukaan pusat dari blus diikat oleh bros, bukan tombol dan tombol-lubang di atas batang tubuh bungkus kemben, yang kain (dan pisahkan bungkus kain beberapa meter panjang keliru diberi istilah 'sarung di Inggris (sarung (aksen Malaysia: sarung) dijahit untuk membentuk tabung, seperti pakaian Barat).

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan


        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Variasi Kebaya

        Sekitar tahun 1500-1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan Jawa. Kebaya juga menjadi pakaian yang dikenakan keluarga Kesultanan Cirebon, Kesultanan Mataram dan penerusnya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni. Pakaian yang mirip yang disebut "nyonya kebaya" diciptakan pertama kali oleh orang-orang Peranakan dari Melaka. Mereka mengenakannya dengan sarung dan sepatu cantik bermanik-manik yang disebut "kasut manek". Kini, nyonya kebaya sedang mengalami pembaharuan, dan juga terkenal di antara wanita non-Asia. Variasi kebaya yang lain juga digunakan keturunan Tionghoa Indonesia di Cirebon, Pekalongan, Semarang, Lasem, Tuban dan Surabaya.

        Kebaya dan Politik

        Penggunaan kebaya juga memainkan peran politik yang cukup penting. Kebaya telah dinyatakan sebagai busana nasional Indonesia[4] meskipun ada kritik bahwa kebaya hanya digunakan secara luas di Jawa dan Bali. Kebaya sebenarnya juga ditemukan di Sumatera, Sulawesi dan NTT dengan corak daerah. Tokoh politik seperti Kartini memakai kebaya. Dan peringatan hari Kartini dilakukan dengan menggunakan kebaya. Para istri Presiden RI mulai dari Soekarno dan Soeharto menggunakan kebaya di berbagai kesempatan.

        Penggunaan Kebaya Masa Kini

        Kebaya di masa sekarang telah mengalami berbagai perubahan desain. Kebaya digunakan sebagai seragam resmi pramugari Singapore Airlines, Malaysia Airlines dan Garuda Indonesia.[5] Sejumlah perancang yang turut menciptakan desain baru kebaya diantaranya adalah Anne Avantie dan Adjie Notonegoro.


        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan


        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan


        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan

        Arachely Serena Pramudya 2tahun8bulan


        Serena juga punya kostum kebaya pas umur 6 bulan dulu hihihihi dulu pasang cepolnya susah makanya pake kain topi dulu baru di tempel cepol

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan
         ini acara bersama daddy
        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika


        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika


        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika



        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka and ibu Pungky Swastika



        Arachely Serena Pramudya 6bulana

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka

        Arachely Serena Pramudya 6bulan

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka


        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka

        Arachely Serena Pramudya 6bulan with her dad Pramudya Eka