Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Jalan-jalan naik sepeda di dalam kota memang olah raga yang menyenangkan. Apalagi, di saat pagi di hari libur. Kita bisa bersama seluruh keluarga menikmati udara segar.
Sambil bersantai seperti itu, kita sebagai orang tua juga tetap bisa "mendongeng" tentang pelajaran anak di sekolah, TANPA HARUS MEMBAWA BUKU. Ide dasarnya sederhana saja : anak merasa DITEMANI OLEH ORANG TUANYA untuk menambah pengetahuan SAMBIL BERSANTAI, sehingga belajar itu tidak harus berarti membaca / menghafalkan HURUF-HURUF yang ada di buku pelajaran.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Salah satu hal yang bisa kita ceritakan kepada anak sambil jalan-jalan naik sepeda adalah tentang gigi / persneling sepeda. Kalau diamati, ini merupakan susunan KATROL yang bertumpuk-tumpuk, seperti katrol yang dipelajari oleh anak-anak kita di sekolah (juga diperagakan di TAMAN PINTAR di Yogyakarta). Maka, sambil bersitirahat ketika bersepeda, anak dapat kita ajak ngobrol tentang MENGAPA dengan adanya gigi / persneling itu maka kita bisa menyetel berat - ringannya kita mengayuh sepeda. Anak juga bisa kita ajak ngobrol tentang prinsip rantai yang digunakan di sepeda kita, sehingga rantai itu bisa menggerakkan roda sepeda kita.
Lalu, dari mana kita bisa mendapatkan SUMBER bacaan untuk obrolan SANTAI ILMIAH seperti ini ? Saya melihat bahwa SMARTPHONE sudah merupakan barang yang banyak kita miliki dan kita pakai sehari-hari. Maka, anak bisa kita ajak untuk MEMBACA BERSAMA di smartphone kita : apa yang tertulis di internet tentang KATROL, KATROL BERTINGKAT, dan masih banyak lagi. Dengan demikian, smartphone / gadget kita justru menjadi ALAT NGOBROL SANTAI ILMIAH BERSAMA ANAK KITA, dan bukannya menjadi ALAT PEMISAH antara kita dan anak kita. (Saya masih sering melihat ada ayah, ibu, dan anak yang duduk satu meja di rumah makan, tetapi masing-masing justru asyik dengan smartphone masing-masing. Inilah yang saya maksud dengan SMARTPHONE MENJADI ALAT PEMISAH : DEKAT DI MATA, JAUH DI HATI. He....he....he....).
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Bukan berarti saya tidak mendukung bahwa ayah, ibu, dan anak masing-masing punya smartphone atau gadget sendiri-sendiri. Jujur saja, anak saya ketika bepergian biasa membawa BB / Tablet Samsung / Notebook Lenovo Core i-7. Istri saya membawa Smartphone Lenovo. Saya sendiri biasa membawa Smartphone Lenovo, Tablet Lenovo, dan Notebook Lenovo saya. Tetapi kami MEMBIASAKAN DIRI untuk MEMBACA BERSAMA-SAMA atau NGOBROL BERSAMA tentang apa yang tertulis di internet (yang kami bawa dari gadget yang kami bawa); jadi, masing-masing orang TIDAK ASYIK SENDIRI-SENDIRI MEMBACA GADGET MASING-MASING justru ketika sedang bepergian / jalan-jalan bersama.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Salah satu berita yang KAMI BAHAS BERSAMA adalah berita yang tertulis di www.detik.com edisi Sabtu tanggal 7 Juni 2014 tentang Pemerintah Belanda memberikan hadiah 2,5 juta Euro atau setara Rp 40 milyar kepada setiap ilmuwan yang dinyatakan sebagai "ilmuwan terbaik" di sana pada tahun 2014 ini. Berita ini pertama kali saya baca di Smartphone Lenovo saya, kemudian kami jadikan obrolan bersama dengan anak dan istri. Maka, GADGET MERUPAKAN SUMBER MATERI NGOBROL SEKELUARGA YANG MENGASYIKKAN.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Selamat berolah raga sambil menemani anak ngobrol SANTAI ILMIAH.
Dan selamatb menggunakan GADGET SEBAGAI SUMBER BAHAN OBROLAN SEKELUARGA yang SANTAI ILMIAH.
Selamat menemani anak.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"
-----oOo-----
Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia, Kandidat Psikolog Industri dan Organisasi. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Ilmu Sosial.