Rini Nur Kusumaningrum, SE sedang latihan menyerang dengan siku kanan
Meningkatkan "fighting spirit" dengan latihan pukulan menggunakan telapak tangan
Eka Islamawati, SE sedang latihan memukul dengan telapak tangan
Peserta sedang latihan beladiri praktis : membenturkan target (simulasi dari kepala lawan) ke lutut
Edisi kali ini relatif menampilkan banyak foto dan film. Ini adalah foto dan film tentang latihan beladiri praktis yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 6 Agustus 2016 untuk sumber daya manusia di sebuah group perusahaan.
* * * * *
Rini Nur Kusumaningrum, SE sedang latihan memukul dengan telapak tangan
Eka Islamawati, SE sedang latihan beladiri praktis : memegang "kepala" lawan (disimulasikan dengan target) kemudian dihantamkan ke lutut
"Fighting spirit" itu tidak datang secara tiba-tiba, tetapi harus melalui proses yang panjang. Disiplin yang tinggi dan latihan secara rutin dan terus-menerus sangat diperlukan untuk melatih diri sendiri supaya memiliki "fighting spirit" yang stabil.
Apa kaitan latihan beladiri praktis ini dengan blog inspirasi pendidikan kreatif ini ?
Begini kaitannya :
Beladiri praktis ini dilakukan selain untuk tujuan melatih kemampuan beladiri (secara praktis) dan olah raga, juga (justru yang terutama) adalah untuk meningkatkan "fighting spirit" yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi semangat juang.
Mengapa "fighting spirit" itu perlu ditingkatkan ?
Karena di era persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini, "spirit untuk bertarung" ini memang dituntut untuk SELALU MENINGKAT. Jadi, meskipun "fighting spirit" dalam diri seseorang tidak menurun, tetapi karena persaingan bisnis semakin meningkat dan menuntut "fighting spirit" yang semakin tinggi, yang terjadi adalah "fighting spirit" orang itu dikatakan sudah tidak fit (tidak memenuhi tuntutan zaman lagi). Sekali lagi, bukan karena "fighting spirit" di dalam diri orang itu yang menurun, tetapi karena tuntutan lingkungan yang semakin meningkat.
* * * * *
Melatih "fighting spirit" dengan simulasi pertarungan jarak dekat
Memang belum sempurna, tetapi "practice make perfect". Latihan secara rutin akan membuat gerakan semakin sempurna, dan itulah makna dari "fighting spirit" : mendisiplinkan diri untuk mewujudkan yang lebih baik
Dengan adanya gambaran tentang betapa pentingnya "fighting spirit" ini harus tetap dijaga supaya selalu tinggi dan meningkat, diharapkan para Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak dalam menemani anak-anaknya juga selalu memperhatikan dan menanamkan betapa pentingnya "fighting spirit" ini. Karena bagaimanapun, anak nantinya juga akan memasuki dunia kerja, jadi tidak ada salahnya ditanamkan "fighting spirit" yang tinggi sejak sekarang (setidaknya, sejak anak masih kelas 3 atau 4 Sekolah Dasar).
* * * * *
Latihan beladiri praktis dengan simulasi pertarungan jarak dekat
Barangkali, ada satu pertanyaan yang muncul, "Mengapa untuk meningkatkan 'fighting spirit' harus dilakukan dengan beladiri praktis ?"
Saya menjawab pertanyaan ini sebagai berikut :
PERTAMA,
Karena "fighting spirit" itu tidak bisa ditingkatkan dengan cara hanya diomongkan atau diceritakan saja. Harus ada kegiatan nyata yang melibatkan aspek FISIK dan juga aspek PSIKIS. Dalam hal ini, beladiri praktis berbasis karate memenuhi kriteria untuk keperluan ini.
KEDUA,
Saya bersama istri (dan juga anak) adalah praktisi karate. Jadi, kami bisa menggunakan karate sebagai metode untuk meningkatkan "fighting spirit" ini, yang sangat berguna dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari.
* * * * *
Selamat menemani anak.
Selamat menemani anak untuk menanamkan dan meningkatkan "fighting spirit" (bukan dalam arti gemar berkelahi !) yang sangat berguna bagi dirinya kelak ketika memasuki dunia kerja.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"
-----oOo-----
Foto, film, dan tulisan oleh Constantinus J. Joseph. Latihan dipimpin oleh Susana Adi Astuti dan Constantinus J. Joseph.
Constantinus, Susana, dan Agatha adalah praktisi karate. Constantinus adalah praktisi karate, praktisi psikologi industri, anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO).
Susana adalah praktisi karate dan karyawati perusahaan. Agatha adalah praktisi karate dan murid SMA.