Aku cinta petani Indonesia. Entah mengapa, senang rasanya bisa melihat tulisan ini terpampang di toko langganan saya. Memang, sudah sejak dulu saya selalu berpesan kepada keluarga, kalau membeli buah, kita beli saja buah "dalam negeri" saja. Kecuali, buah "dalam negeri" itu belum ada, barulah kita beli buah yang diimpor dari lua negeri.
Tidak dipungkiri, buah dari "dalam negeri" sedikit lebih mahal daripada buah yang diimpor dari luar negeri (untuk jenis buah yang sama, jeruk misalnya). Tetapi dalam hal ini saya justru jadi teringat tentang kisah bagaimana Toyoda membuat mobil Toyota yang "relatif lebih mahal" bahkan "relatif lebih ribet / sering perlu perbaikan" dibandingkan mobil "bukan Jepang", tetapi "orang Jepang" saat itu memang sangat antusias membeli dan memakai mobil Toyota, sehingga memang sejarah menunjukkan bahwa mobil buatan Jepang "merajari" otomotif dunia, karena bangsanya sendiri begitu suka memakai "mobil buatan dalam negeri".
(Dalam hal ini, saya sudah bilang kepada anak dan istri bahwa "kalau ada rejeki" untuk beli mobil baru, kami sekeluarga akan memilih membeli mobil "Esemka" atau semacamnya yang "buatan dalam negeri". Tentu saja, kami juga memakai mobil merek lain, karena sudah dirakit di "dalam negeri", tetapi mengombinasikannya dengan mobil "Esemka" adalah suatu pemikiran yang patut diwujudkan).
"Bagaimana jalan-jalan ke luar negerinya ?" tanya beberapa teman dalam berbagai kesempatan kepada saya, ketika tahu saya baru saja menemani beberapa karyawan sebuah perusahaan "piknik" ke luar negeri.
"Masih lebih bagus Indonesia," jawab saya.
Tentu saja, jawaban ini cukup mengagetkan beberapa teman yang mengajukan pertanyaan, karena jawaban yang saya berikan ternyata masih juga "mengandung komparasi / perbandingan" dengan keindahan Indonesia.
"Pantainya, lebih cantik pantai-pantai di Indonesia. Candinya, lebih bagus dan megah candi-candi di Indonesia. Tetapi saya memang kagum dengan mereka (bangsa itu), karena mereka begitu pandai mempromosikan apa yang mereka punya, sehingga orang dari negara-negara lain berduyun-duyun datang untuk berwisata ke negeri mereka," kata saya.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Tentu saja, kita juga boleh / perlu untuk membeli buah dan sayuran yang diimpor dari luar negeri. Kita juga boleh / perlu (kalau memang ada uang dan ada kesempatan) untuk piknik ke luar negeri. Tetapi pada kesempatan ini marilah kita renungkan bersama : apakah "milik" Indonesia juga sebenarnya sudah ada, dan kalau begitu, kenapa kita tidak (mengombinasikannya) dengan membeli / menikmati yang "dari" Indonesia ? Artinya, jangan karena semata-mata gengsi maka kita memilih / membeli / menggunakan "yang penting buatan luar negeri". Tetapi kalau memang yang luar negeri itu "lebih bagus", memang perlu "kita pakai" guna membangun / mengembangkan Indonesia. Sekolah / kuliah di luar negeri, misalnya. Saya mendukung para orang tua yang menyekolahkan anaknya di luar negeri, dengan semangat bahwa mencari ilmu sampai ke manca negara itu memang dalam rangka memajukan Indonesia. Demikian juga halnya bekerja di luar negeri.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Selamat menemani anak untuk mencintai bangsa dan negara kita secara nyata & dengan cara yang biasa-biasa saja.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"
-----o0o-----
Tulisan dan foto oleh Constantinus Johanna Joseph. Alumnus Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Nasional oleh Menpora RI Angkatan XXII / Cibubur - Jakarta. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922.