Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh Bangsa Indonesia pada hari ini, 21 April, pasti merayakan Hari Kartini.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak kita semua merenung : seberapa kuatkah kita sudah "mengaitkan" nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh Raden Ajeng Kartini dengan kehidupan sehari-hari, utamanya dalam kaitannya dengan kegiatan kita untuk menemani / mendampingi anak-anak kita.
Kebetulan, anak saya semata wayang adalah seorang perempuan. Tetapi pada dasarnya saya percaya bahwa kalaupun Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak hanya mempunyai anak laki-laki saja, tetaplah relevan untuk "mengajarkan" nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh Raden Ajeng Kartini.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Sejarah telah menunjukkan bahwa Raden Ajeng Kartini telah mendobrak tradisi lama, sehingga muncullah apa yang kemudian disebut dengan "Habis Gelap Terbitlah Terang" sebagaimana judul yang diberikan pada buku yang berisi kumpulan tulisan / pemikirannya.
Jadi, apakah "Habis Gelap Terbitlah Terang" itu hanya relevan untuk kaum wanita saja, ataukah untuk pria maupun wanita Indonesia saat ini ?
Jujur saja, dengan sekian banyak permasalahan yang masih dihadapi oleh Bangsa Indonesia saat ini (tidak pandang pria maupun wanita), maka perjuangan Raden Ajeng Kartini untuk mewujudkan "Habis Gelap Terbitlah Terang" masih RELEVAN untuk TERUS KITA PERJUANGKAN di masa sekarang ini.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Tentu saja ketika kita sebagai orang tua mencoba "mengaitkan" nilai luhur perjuangan Raden Ajeng Kartini dengan KEADAAN BANGSA INDONESIA sekarang ini, kita harus memperhatikan umur anak kita dan memilih-milih kata yang kita gunakan. Tetapi intinya tetap sama : PERJUANGAN masih harus dilanjutkan karena HABIS GELAP TERBITLAH TERANG itu memang masih dalam proses.
Kepada anak (misalnya) dapat kita ajak merenung : kalau anak kita belajar keras, itu bukan semata-mata untuk menjadi juara kelas / menjadi pandai, tetapi untuk membuat bangsa ini maju. Seperti perjuangan Raden Ajeng Kartini yang bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh bangsanya.
Hal yang lain : Raden Ajeng Kartini tidak ragu untuk BERKORESPONDENSI dengan temannya di luar negeri guna membahas hal-hal yang PERLU UNTUK MEMAJUKAN BANGSANYA. Sekarang, anak-anak kita memang sudah tidak berkirim surat seperti zaman Raden Ajeng Kartini : sekarang sudah diganti dengan BBM atau FB atau Twitter. Masalahnya : apakah BBM atau FB atau Twitter ini juga sudah "MENIRU" apa yang dilakukan Raden Ajeng Kartini dulu, yaitu membahas hal-hal untuk memajukan bangsa, ataukah anak-anak kitq justru "kualitas pembicaraannya" di dalam BBM atau FB atau Twitter justru hanya "ber-ha-ha-hi-hi" atau sekedar "iseng-iseng" saja ?
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Memang kita tidak berharap bahwa anak kita jadi "aneh" di antara teman-temannya karena "sok serius" atau "sok idealis". Cukuplah kiranya kalau dalam ber-BBM ria atau ber-FB ria atau ber-Twitter ria itu anak-anak membahas pelajaran sekolah atau membuat program / kegiatan bersama yang positif di sekolah. Jangan sampai malah teknologi itu dipakai untuk saling bertukar foto atau video porno atau yang sejenisnya (apalagi : malah bikin foto atau video porno).
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Kalau dipikir-pikir, menemani anak untuk meneladan / meneruskan nilai-nilai luhur Raden Ajeng Kartini itu sebenarnya sederhana saja. Kalau misalnya ada guru di sekolah yang ulang tahun, makq anak-anak (para murid) mengucapkan Selamat Ulang Tahun dan berfoto bersama. Foto-foto ini kemudian di-share di Group BB atau di FB, supaya RASA SYUKUR ini bisa jadi KENANGAN INDAH BERSAMA. Dengan demikian, anak memang berlatih untuk MEMIKIRKAN orang lain supaya bisa GEMBIRA, dan itu bisa dinikmati BERSAMA-SAMA, tidak EGOIS.
Semoga dengan demikian, kelak ketika sudah dewasa, anak juga memang sudah terbiada untuk MEMIKIRKAN KEBAHAGIAAN ORANG LAIN, dan setiap langkahnya memang selalu dilandasi oleh prinsip ini.
Jayalah Indonesia !
Selamat Hari Kartini !
Habis Gelap Terbitlah Terang !
Selamat menemani anak.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"
-----21 April 2013-----
Tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Alumnus Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Nasional Angkatan XXII / Cibubur -Jakarta 1990. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia.