Kira-kira seminggu yang lalu seorang teman kuliah saya mendatangi saya dengan wajah yang ceria. Katanya, "Saya diterima bekerja di perusahaan besar itu, Pak Tinus".
Tentu saja, saya ikut gembira mendengarnya. Dia ini seorang wanita muda (usianya 25 tahunan), cerdas, dan penuh semangat. Selama menjalani proses seleksi penerimaan karyawan baru di perusahaan itu, dia selalu menceritakan perkembangannya kepada saya. Sebab, sejak awal mula dia menjalani proses seleksi, dia memang banyak bertanya kepada saya.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Tentu saja, bukan karena dia bertanya kepada saya maka dia dapat melalui seleksi penerimaan karyawan baru di perusahaan itu. Dia diterima kerja karena Tuhan mengizinkan demikian. Sedangkan semua persiapan termasuk pertanyaan yang dia tanyakan kepada saya adalah bentuk usaha sebagai wujud dari doa yang dipanjatkan olehnya.
Memang, seperti biasa, pada awalnya wanita muda ini bertanya kepada saya karena dia tahu bahwa saya memiliki latar belakang pendidikan di bidang psikologi. Utamanya, dia bertanya BAGAIMANA CARANYA MENGERJAKAN PSIKOTES.
Dan seperti biasanya juga, SESUAI DENGAN KODE ETIK PSIKOLOGI, saya tidak membocorkan apapun tentang cara mengerjakan soal-soal psikotes. Saya justru mengatakan bahwa YANG TERPENTING ADALAH MENGERJAKAN DENGAN SEBAIK-BAIKNYA dan SESUAI DENGAN DIRI SENDIRI. Ada dua alasan yang membuat hal itu perlu dilakukan. PERTAMA, karena psikotes adalah CERMINAN dari diri kita pada saat kita nantinya betul-betul melaksanakan tugas pekerjaan. Kalau kita tidak mengerjakan sesuai diri kita apa adanya (misalnya, karena sudah mendapat bisikan teman bahwa harus mengerjakan begini atau begitu), maka pada saat bekerja nantinya kita akan tidak betah karena sebenarnya pekerjaan itu tidak cocok dengan diri kita (kepribadian, sikap kerja, minat bakat, kecerdasan kita). KEDUA, ini yang lebih parah, karena kalau kita tidak mengerjakan dengan jujur dan apa adanya diri kita, PSIKOLOGNYA dapat membaca / mengetahui adanya INKONSISTENSI dalam jawaban kita (bahwa pasti ada yang tidak beres / pasti ada yang disembunyikan) sehingga kita malah tidak lulus.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Itu tadi adalah cerita yang melatarbelakangi mengapa wanita muda ini banyak bercerita kepada saya. Tetapi yang mau sharing-kan sebenarnya adalah ini : bahwa dia mengatakan juga kepada saya setiap kali menjalani tes yang bertahap dan berhari-hari itu dia SELALU TENANG. Dia mengatakan kepada saya, " Saya ingat kata-kata Pak Tinus...pokoknya TENANG".
Memang, sebagai orang yang PENUH SEMANGAT, dia ada kecenderungan untuk TERBURU-BURU pada saat melakukan sesuatu. Jadi saya katakan kepadanya, pada saat melakukan sesuatu, lakukan dengan TENANG. Ingatlah untuk SELALU FOKUS dan tetap TENANG. YAKINLAH bahwa semua itu akan dapat dikerjakan dengan BAIK dengan FOKUS dalam ke-TENANG-an.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Sekedar bernostalgia pada saat saya masih kuliah di Fakultas Psikologi : dalam salah satu mata kuliah dibahas tentang FOCUSING. Ini adalah salah satu teknik supaya seseorang benar-benar melakukan sesuatu SESUAI APA YANG DIHARAPKAN.
Diibaratkan memasuki sebuah kamar gudang di rumah kita di malam hari pada saat lampu sedang padam, kita membawa SENTER dan kita BISA MELIHAT apa yang KITA SOROT dengan lampu senter kita itu. Tentu saja, karena lampu sedang padan sehingga gudang itu keadaannya GELAP GULITA, kita pertama-tama akan MENYOROTKAN lampu senter ke sana ke mari untuk MENCARI-CARI barang di dalam gudang itu. Katakanlah, kita akan mencari album foto lama yang kita simpan di gudang itu. Pertama-tama kita sorotkan senter ke KANAN, dan kita berkata, "Oh... Ini tumpukan majalah lama....". Lalu kita sorotkan senter ke KIRI, dan kita berkata, "Yang ini tumpukan tas-tas lama". Lantas kita sorotkan senter ke ATAS, dan kita berkata "Ini dia, tumpukan album foto lama saya, yang mau saya ambil". Maka kemudian kita TERUS MENYOROTKAN LAMPU SENTER itu ke tumpukan album foto lama itu dan BERKONSENTRASI di situ. Maka yang KITA LIHAT DENGAN JELAS adalah tumpukan album foto lama yang KITA CARI. Sedangkan hal-hal yang lain tadi kembali gelap. Kita memang sedang mencari album foto lama, dan kita dapat MELIHATNYA DENGAN JELAS karena kita FOKUS MENYOROTKAN SENTER kita ke sana. Ini yang disebut dengan FOCUSING : fokus pada apa yang kita inginkan.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Sekali lagi saya mengatakan bahwa semuanya di dunia ini terjadi atas IZIN TUHAN. Dalam hal ini, FOCUSING adalah suatu upaya nyata bahwa apa yang kita mohon kepada Tuhan dengan doa-doa kita memang sungguh-sungguh kita wujudkan dalam USAHA kita, antara lain dengan FOCUSING.
Semoga selain berguna untuk diri kita sendiri, FOCUSING ini juga dapat kita "ajarkan" kepada anak-anak kita, bahwa untuk mencapai suatu hasil yang baik itu memang perlu FOKUS.
Selamat menemani anak.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"
-----o0o-----
Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Ilmu Sosial.