|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
Serena 3y7m berkunjung ke citra niaga... sebenernya kita lumayan sering kesini.. baru kebetulan sambil poto2 biarpun ga belanja ahahahah.. ini sedikit deskripsi mengenai tempat ini
Citra Niaga merupakan kawasan pusat perdagangan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur dengan luas sekitar 2,7 hektare yang dirancang untuk menyediakan tempat usaha bagi pedagang kecil (60%) serta pedagang besar dan menengah (40%). Citra Niaga dibangun pada tanggal 27 Agustus 1987.
Lokasinya adalah bekas tempat bernama Taman Hiburan Gelora yang terbakar, kondisi waktu itu penduduk Samarinda baru sekitar 300.000 orang dan memerlukan pusat belanja dan rekreasi. Pusat Kegiatan karya arsitek Antonio Ismael ini pernah memperoleh perhargaan internasional
Aga Khan Award for Architecture (AKAA) pada tahun 1989. Saat itu Citra Niaga bersaing dengan kandidat Bandara Soekarno-Hatta dan akhirnya Citra Niaga-lah yang terpilih menerima penghargaan tersebut.
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
Kawasan Citra Niaga dulu dikenal sebagai kawasan mesum pelacuran liar di Samarinda. Berkat sentuhan tangan profesional, kini disulap jadi kawasan wisata belanja
Dulu, Kawasan yang akrab disebut Citra Niaga, masih bernama Taman Hiburan Gelora di Samarinda. Taman tersebut memiliki luas lahan 2,7 hektar, tepat ditengah Kota Samarinda.
Sebelum Taman Hiburan Gelora menjadi Kawasan Citra Niaga, menjadi tempat berkumpul masyarakat Samarinda.
Sayangnya, taman itu terlihat kumuh.
Bahkan, di tempat ini dimanfaatkan untuk ajang kegiatan pelacuran liar.
Pada tahun 1986, Pemerintah Kota Samarinda mengubah fungsi bangunan tersebut.
Saat itu, Walikota Samarinda Waris Husain mencanangkan taman itu menjadi pusat perdagangan Citra Niaga.
Proyek yang dibangun tiga tahun itu, menelan biaya sekitar Rp 8 miliar.
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
Konsep awal pembangunan Kawasan Citra Niaga untuk mengakomodir pelaku ekonomi dalam suatu kawasan.
Para pedagang kecil menempati kios-kios dan Pedagang Kaki Lima (PKL) menempati lapak-lapak di sekitar kawasan itu.
Proyek pembangunan Citra Niaga pada akhirnya menjadi proyek percontohan nasional pembangunan sektor informal dan pada tahun 1989.
Sebagai proyek percontohan, Kawasan Citra Niaga mendapatkan penghargaan prestisius yang diberikan setiap 3 tahun sekali sejak tahun 1976 oleh The Honour Aga Khan yang berkedudukan di Genewa, Swiss.
Kawasan Citra Niaga mendapat penghargaan, karena tidak hanya memenuhi kepentingan ekonomi dan sosial.
Melainkan, keindahan bangunan, pengelolaan yang mencerminkan demokrasi karena melibatkan para pedagang kaki lima melalui koperasi, pengelola toko kelontong, pemerintah, dan pengusaha.
Budaya Islam Untuk diketahui, Aga Khan Award diberikan kepada karya-karya profesional di bidang arsitektur yang bernafaskan budaya Islam dan konsepsi bangunan yang identik kebutuhan penduduk muslim, melalui penyajian arsitektur yang menarik.
Itulah sepenggal kenangan Kawasan Citra Niaga yang pernah menjadi kebanggaan kota Samarinda, Provinsi Kaltim dan Indonesia dalam beberapa tahun setelah meraih penghargaan Aga Khan.
"Sempat dimanfaatkan untuk pelacuran. Tapi diubah saat Pak Waris menjadi walikota. Sampai jadi daerah kawasan Citra Niaga," kata Fachruddin Djafrie, mantan Kepala Dinas Pariwisata Kota Samarinda, kini menjabat Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Pemprov Kaltim, kepada Tribun, di ruang kerjanya, Gedung Stadion Madya Sempaja, Samarinda, Provinsi Kaltim, Senin (18/5/2015).
Di komplek Kawasan Citra Niaga saat berdiri awalnya, terdapat 224 pedagang kaki lima yang menempati petak-petak berukuran 2 x 3 meter hingga 3 x 3 meter. Untuk kios yang disewakan terdapat 79 kios untuk kelompok usaha menengah.
Konsep bangunannya orisinil, memberikan alternatif baru perkembangan perkotaan saat itu. Bangunan memikat dan indah dilihat.
Dengan bentuk siku-siku yang bisa muncul dalam sebuah gaya postmodern, dipadukan dengan suasana alam sekitar.
Komplek Kawasan Citra Niaga di Samarinda, dilengkapi dengan ikon khas yakni terdapat bangunan menara yang di atasnya dihiasi burung enggan.
Bangunan berbentuk empat persegi panjang ini, boleh dibilang berada di pusat pertemuan segala kegiatan.
Dekat Masjid Agung Samarinda. Dan hanya sekitar 50 meter dari pelabuhan Sungai Mahakam, yang diapit empat jalan protokol.
Antara lain, jalan Laksamana Yos Sudarso, Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Panglima Batur dan Jalan Jalan Imam Bonjol.
Untuk di dalam komplek Kasawan Citra Niaga, terdapat Jalan Niaga Selatan. Jalan itu memiliki lebar 13 meter dan panjang 281 meter. Karakter jalan lurus tidak berkontur/datar. Pada bagian paruh jalan dan mendekati ujung jalan terdapat tempat memutar kendaraan selebar 6 meter.
Jalan ini memiliki dua jalur yang dipisahkan oleh median selebar 1 meter. Namun keberadaan para PKL telah mengaburkan keberadaan dan fungsi median yang sebenarnya.
Kini semua telah berubah, kompleks perbelanjaan yang diberi nama Kawasan Pusat Perbelanjaan Citra Niaga kembali terlantar, dan tidak tertata lagi, seperti saat menerima penghargaan Aga Khan 30 tahun silam.
Meski sudah tinggal kenangan, komplek Kawasan Citra Niaga, masih menjadi lokasi yang sering didatangi para pelancong atau wisatawan lokal dan mancanegara.
Citra Niaga menjadi satu tempat wisata belanja, khusus untuk membeli buah tangan atau oleh-oleh khas di Samarinda.
Untuk harga manik-manik ini bervariasi. Mulai harga Rp 10 ribu sampai Rp 300 ribuan. Kita juga jual tas anyaman khas Dayak, senjata khas Kalimantan Mandau dan batu akik khas Kalimantan,
Souvenir khas Sarung Samarinda untuk jenis tenun, dibandrol harga antara Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu.
Memang beda untuk sarung buatan tenun dan mesin. Kalau sarung buatan mesin dijual hanya Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribuan. Kalau yang awet, ya sarung tenun,
Sarung khas Samarinda, diproduksi para pengrajin yang ada di Samarinda. Untuk sarung khas Samarinda, ia sudah melayani pengiriman ke berbagai daerah.
Sarung samarinda adalah sebuah karya kerajinan rakyat berupa tenunan tradisional dari kota Samarinda yang terkenal di seluruh Indonesia bahkan sampai mancanegara.
Kerajinan ini berasal dari daerah Sulawesi Selatan, dibawa oleh orang-orang Bugis ke Samarinda tepatnya Samarinda Seberang pada sekitar abad ke 18.
Sarung tenun khas Samarinda dibuat dari bahan yang berkualitas antara lain, benang sutera alam (warm silk),
dan benang sutera import (spoon silk). Untuk corak dan variasi warna-warna sarung Samarinda, memadukan warna tua dan kontras seperti hitam, putih, merah, hijau, ungu, biru laut dan hijau daun.
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
|
Arachely Serena Pramudya 3y7m mengunjungi kawasan citra niaga kaltim |
Sejarah Citra Niaga Samarinda Tahun 80an Samarinda masih tergolong sepi, sebagai sebuah Ibukota Provinsi jumlah penduduk yang hanya kurang lebih 300.000 jiwa menyisakan ruang yang sangat banyak melihat luasnya Samarinda.
Lambat-laun penduduk Kota Samarinda mulai bertambah dengan pesat, orang-orang datang dari berbagai tempat untuk mengadu nasib mengingat potensi tambang dan hasil alam yang dimiliki Kalimantan Timur khususnya.
Dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat inilah tercetus sebuah ide untuk membangun komplek hiburan dan perbelanjaan terlengkap bagi masyarakat, sebuah tempat yang akan menjadi pusat tujuan untuk memenuhi segala jenis kebutuhan masyarakat Kota Samarinda.
Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sebuah pusat perbelanjaan, Citra Niaga juga diperuntukkan untuk menjaring dan menyediakan tempat bagi para pedagang kecil sebanyak mungkin, itu terlihat dari presentase jumlah pedagang kecil yang mencapai 60% dan sisanya di isi oleh pedang besar dan menengah.
Pada tahun 1987, tepatnya pada tanggal 27 Agustus 1987, dibangunlah sebuah komplek perbelanjaan dengan luas mencapai 2,7 Hektar yang diberi nama “Citra Niaga”. Bangunan-bangunan dikomplek Citra Niaga didominasi oleh bahan kayu termasuk atapnya menggunakan sirap dari bahan kayu. Tak ayal ini menjadi magnet bagi masyarakat Kota Samarinda. Mereka berbondong-bondong datang ke komplek perbelanjaan Citra Niaga, hampir setiap hari Citra Niaga dipenuhi oleh pengunjung, terlebih lagi di akhir pekan pengunjung yang datang tak hanya bertujuan berbelanja tapi juga mencari hiburan atau sekedar berjalan-jalan bersama keluarga menikmati keramaian malam dan hiburan-hiburan di Citra Niaga.
Itu semua tidak lepas dari peran serta sang arsitek jenius Ir. Antonio Ismail, penataan dan bentuk bangunan yang menarik inilah yang akhirnya mengantarkan Citra Niaga meraih kejayaan dan hati masyarakat Samarinda pada saat itu.
Kesuksesan ini pulalah yang mengantarkan Citra Niaga pada tahun 1989 terpilih menjadi pemenang penghargaan di bidang arsitektur yaitu
Aga Khan Award for Architecture (AKAA). Mengalahkan pesaing kuat lainnya yaitu
Bandara Soekarno-Hatta.
Pada tanggal 31 Oktober 2006 musibah kebakaran menimpa komplek perbelanjaan Citra Niaga. Bangunan-bangunan pertokoan di Citra Niaga yang sebagian berbahan dasar kayu menyebabkan api dengan ganas melahap banyak area pertokoan dan mengharuskan Citra Niaga dibangun kembali dengan arstitektur baru dan bahan-bahan permanen.
Modernisasi dan investor yang melirik Samarinda sebagai lahan basah mulai berdatangan dan membangun pusat-pusat perbelanjaan modern seperti Matahari dan mall. Pergesaran budaya dan kebiasaan akhirnya sedikit-demi sedikit menggerus pengunjung Citra Niaga.
Objek Wisata Belanja Citra Niaga kini tak seramai dahulu, walau begitu sisa-sisa kejayaannya masih tampak dengan bertahannya banyak pedagang di komplek perbelanjaan ini.
Bagi Anda yang ingin mencari oleh-oleh maupun pernak-pernik khas Kalimantan untuk dibawa pulang sebagai buah tangan atau kenang-kenangan maka Citra Niaga adalah tempat yang sempurna untuk memenuhi kebutuhan itu.
Berbagai macam oleh-oleh dan makanan khas Kalimantan seperti Amplang Kuku Macan, berbagai jenis dodol khas Samarinda seperti dodol cempedak, nangka dan-lain-lain dapat Anda temukan disini. Segala macam aksesoris yang berbahan dasar manik-manik atau batu-batuan khas masyarakat Dayak seperti ikat kepala, tas, berbagai aksesoris, kalung dan gelang hingga kain dan pakaian dengan ciri khas Kalimantan.
Kompleks perbelanjaan Citra Niaga buka hingga malam hari jadi Anda tidak perlu khawatir dengan waktu apabila Anda masih disibukkan dengan berbagai hal di siang hari, Anda dapat mengunjungi tempat ini di malam hari.
Akses Menuju Citra Niaga Untuk mencapai Kota Samarinda bagi Anda yang bersal dari luar pulau Anda dapat memanfaatkan transportasi udara menuju Bandara Sepinggan Balikpapan atau jika Anda menggunakan transportasi laut Anda dapat menuju dermaga Kariangau Balikpapan. Dari Balikpapan Anda dapat meneruskan perjalanan menuju Samarinda dengan menggunakan kendaraan umum seperti bus atau taksi dari terminal Batu Ampar. Perjalanan dari Balikpapan ke Samarinda memakan waktu kurang lebih 2 jam.
Tips Berbelanja - Jika Anda berbelanja di Citra Niaga, Anda boleh menawar barang yang akan Anda beli.
- Teliti barang terlebih dahulu sebelum bertransaksi. Seperti batu-batuan Anda harus bisa membedakan yang asli dengan yang imitasi. Yang asli biasanya sedikit berat dan tidak terlalu bening dengan sedikit serat, bentuknya biasanya tidak rapi.
- Bagi pengunjung wanita hindari menggunakan sepatu hak tinggi karena Anda akan berjalan keliling Citra Niaga.
- Jagalah kebersihan objek wisata dengan membuang sampah pada tempatnya.