Teh Uwuh dan Teh Serai. Kedua jenis minuman teh ini mungkin bagi banyak orang sudah sangat familiar. Tetapi bagi saya, saya mengenal keduanya di Tea House dan Tea Bar "Tong Tji".
* * *
Saya dengan Agatha dan Usie (anak dan istri saya) memang sengaja mampir ke Tea House atau Tea Bar "Tong Tji" bukan pertama-tama karena ingin makan atau minum. Tetapi (biasanya) karena kaki kami pegal setelah jalan-jalan keliling mall, dan sengaja mencari tempat duduk. Maka, jadilah kami ke Tea House atau Tea Bar "Tong Tji".
Memang, Bapak William dari "Tong Tji" adalah rekan pengurus APIO (Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi) Kota Semarang, dan kami sama-sama Sarjana Psikologi. Tetapi ke-mampir-an saya dan keluarga (memang pertama-tama) karena mencari tempat duduk di mall.
* * *
Ini bukan tulisan promosi. Bahkan (mungkin) Bapak William tidak tahu kalau saya menulis tentang Tea House dan Tea Bar "Tong Tji". Tetapi tidak apa-apa. Tujuan saya memang bukan untuk mempromosikan Tea House atau Tea Bar "Tong Tji" atau untuk memberitahu Bapak William tentang "saya sering mampir di Tea House atau Tea Bar-nya". Tujuan saya adalah men-sharing-kan apa yang saya dan keluarga alami dengan mampir ke Tea House dan Tea Bar "Tong Tji".
Kami (saya, Agatha, Usie) sepakat bahwa Tea House dan Tea Bar "Tong Tji" adalah suatu terobosan bisnis yang cerdas. Di Kota Semarang, Tea House dan Tea Bar "Tong Tji" adalah pelopor dalam hal tempat duduk dan makan camilan sambil minum teh (yang dimiliki oleh sebuah produsen teh, yaitu "Tong Tji").
Di Tea House dan Tea Bar "Tong Tji", minuman teh disajikan dengan berbagai macam variasi, misalnya (kesukaan saya) adalah Teh Uwuh dan Teh Serai.
Wedang Uwuh dan Wedang Serai sendiri sebenarnya adalah nama minuman tradisional di Jawa. Namun, "Tong Tji" mengombinasikannya dengan teh (karena dia adalah produsen teh).
"Dengan disajikan sebagai Teh Uwuh atau Teh Serai, minuman teh ini jadi tampil beda, dan bisa dijual dengan harga lebih tinggi tetap tetap terjangkau dan konsumen suka," kata saya kepada Agatha.
Sebagai seorang penjual bakso sapi dengan merk "Raja Rasa" ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar Pangudi Luhur "Bernardus" kelas VI (saat ini Agatha duduk di kelas X SMA Kolese Loyola Semarang), Agatha memang akrab dengan ide-ide kreatif pemasaran.
Sambil duduk-duduk membaca buku, kami bisa ngobrol banyak tentang Tea House dan Tea Bar "Tong Tji" yang bisa menarik pengunjung menjadi pelanggan (termasuk kami sekeluarga) karena "kecanduan" bukan hanya minumannya, tetapi tentu saja tempat duduknya (setelah lelah berjalan-jalan).
Pertanyaannya adalah : kenapa Tong Tji, kenapa bukan yang lain yang membuat Tea House atau Tea Bar seperti ini di Semarang ?
Ya. Itulah yang disebut kreativitas yang DIWUJUDKAN menjadi suatu inovasi. Mungkin saja, ide kreatif membuat Tea House atau Tea Bar juga sudah dipikirkan oleh produsen lain, tetapi yang berani BERTINDAK MEWUJUDKAN adalah "Tong Tji".
* * *
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Itulah renungan kita bersama kali ini : IDE KREATIF kalau tidak DITINDAKLANJUTI / DIWUJUDKAN hanya akan berhenti sebatas ide kreatif saja, sedangkan siapa yang CEPAT MEWUJUDKAN akan menjadi pelopor INOVASI (setidaknya, yang pertama MENANGKAP PELUANG yang ada).
Selamat menemani anak.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----oOo-----
Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Anggota Himpunan Psikologi Indonesia dan Asosiasi Psikologi Industri & Organisasi. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Mahasiswa Profesi Psikologi Universitas Katholik Soegijapranata.