Menemani Anak : SEGERA MENJALANKAN APA YANG DIRENCANAKAN


"Bagaimana cerita terbentuknya training sikap mental & perilaku fisik kepemimpinan yang berbasis karate ini ?"

Ternyata ada juga yang penasaran, ingin tahu tentang hal ini. Dan karena saya melihat bahwa cerita terbentuknya training ini juga mengandung hikmah yang baik, maka saya akan menceritakan bagaimana terbentuknya training sikap mental & perilaku fisik kepemimpinan ini.

Training ini lahir karena obrolan yang singkat dan santai tetapi memang mendalam tentang apa yang bisa dilakukan bagi generasi muda di saat godaan untuk tertular sikap dan perilaku manja / serba mudah ada di mana-mana.

Obrolan ini saya lakukan dengan para asisten saya, yang semuanya adalah praktisi human resources di perusahaan swasta. Mereka ini tahu banyak tentang bahayanya orang-orang muda yang sejak kecil sudah dimanjakan dengan kemudahan dalam segala hal, sehingga daya juang-nya rendah.

Selain itu, obrolan juga saya lakukan dengan istri dan anak saya. Mereka ini adalah orang yang ----- menurut saya dan teman-teman karate saya ----- memang mencintai karate. Dengan merekalah, saya melihat kenyatakaan bahwa anak muda yang menyukai karate sekarang ini tidak sebanyak ketika saya masih remaja di tahun 1980-an. Memang, sekarang ini ada banyak sekali "game" di komputer / notebook / gadget yang lebih disukai oleh anak-anak dan remaja. Namun demikian, melihat bahwa karate ini berguna dalam membangun sikap mental dan perilaku fisik, saya bersama istri dan anak melihat bahwa orang muda seharusnya tetap dikenalkan dengan karate.

Inilah sebabnya, saya mengakatakan obrolan ini singkat dan santai : tidak ada rapat formal, semuanya menyenangkan karena itu merupakan bidang keahlian dan minat kami. Tetapi, saya juga mengatakan bahwa dilakukan secara mendalam. Mengapa ? Karena yang membahas adalah orang yang memang tahu dan mencintai hal itu (di satu pihak : praktisi human resources; di lain pihak : praktisi karate). Kebetulan saya sendiri adalah praktisi psikologi industri (yang menjadi praktisi human resources sejak 14 tahun yang lalu) dan juga praktisi karate (yang berlatih sejak usia 19 tahun; istri saya juga berlatih karate sejak usia 19 tahun, sedangkan anak saya berlatih karate sejak umur 8 tahun).

Pada hari Sabtu tanggal 29 Agustus 2015, dimulailah training sikap mental dan perilaku fisik yang pertama kali, dengan basis karate. Semuanya dijalankan dengan doa dan rencana secukupnya saja. Disebut secukupnya, karena yang penting sudah ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan sikap mental & perilaku fisik. Yang menjadi peserta pun adalah yang selama ini terlibat dalam pembahasan tentang training ini. Yang penting adalah : segera menjalankan apa yang sudah direncanakan, tidak usah menunggu perencanaan itu menjadi benar-benar sempurna. Sebab, manusia itu memang tidak sempurna, dengan demikian apapun yang dikerjakannya juga tidak sempurna. Tetapi, justru dari kesadaran inilah, sambil tetap menjalankan training, selalu dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan, sehingga selalu menjadi lebih baik.


* * * * *

Ibu-ibu dan bapak-bapak pembaca blog inspirasi pendidikan kreatif "Holiparent" yang terhormat,

Semoga cerita tentang lahirnya training sikap mental & perilaku fisik kepemimpinan yang berbasis karate ini berguna untuk menambah wawasan kita bersama.

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak dalam ketidaksempurnaan kita sebagai manusia, tetapi selalu berdoa dan mengupayakan supaya selalu menjadi lebih baik.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".


-----oOo-----




Tulisan dan foto oleh Constantinus J. Joseph, Susana Adi Astuti, dan Bernardine Agatha Adi Konstantia.

Constantinus adalah praktisi karate, praktisi psikologi industri, anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO). Susana adalah praktisi karate dan karyawati perusahaan. Agatha adalah praktisi karate dan murid SMA.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »