(Tulisan ini merupakan lanjutan dari edisi sebelumnya)
Untuk menjawab pertanyaan"apakah karate berguna dalam mendapatkan pekerjaan?", saya menuliskan pengalaman saya di tahun 2002.
Waktu itu, saya sedang mengikuti seleksi penerimaan karyawan baru di sebuah perusahaan swasta di kota Semarang, karena saya ingin kembali bekerja di Semarang (kota kelahiran saya dan di mana anak dan istri saya selama ini tinggal) setelah sekian lama saya bekerja di Jakarta.
Posisi yang saya lamar adalah posisi di level direktur, dan saya sudah menjalani sekian macam tes dalam rangka seleksi. Pada wawancara terakhir, pemilik perusahaan langsung hadir dan mewawancarai saya. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh pemilik perusahaan itu adalah, "Apakah kamu bisa beladiri ?"
Saya menjawab, "Ya. Saya berlatih karate".
Selang beberapa hari kemudian, saya diberitahu bahwa saya diterima bekerja di perusahaan tersebut. Dan dari kisah nyata tersebut di atas, bisa diketahui bahwa karate merupakan salah satu nilai lebih yang penting; sebab, kalau tidak, untuk apa seorang pemilik perusahaan mengajukan pertanyaan tentang hal ini.
Perlu saya tambahkan bahwa pekerjaan saya adalah di bidang pengembangan organisasi dan kualitas sumber daya manusia; suatu pekerjaan di level strategis yang selama ini dilihat banyak orang sebagai "tidak ada kaitannya dengan karate". Kenyataannya, selain adanya pertanyaan dari pemilik perusahaan tentang beladiri, saya secara praktis juga merasakan kegunaan karate dalam menata strategi perusahaan. Dan saya akan menceritakannya pada tulisan berikutnya.....
Jadi, selamat menemani anak dengan mengenalkan anak pada karate (atau beladiri lainnya).
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
Constantinis J. Joseph bersama dengan Susana Adi Astuti (istri) dan Bernardine Agatha Adi Konstantia (anak) memberikan "training berbasis karate" untuk tujuan rasa percaya diri dan komunikasi dengan motto "AKAL - MENTAL - TEKNIK - FISIK - FILOSOFI".
Sehari-hari, Constantinus adalah seorang praktisi psikologi industri, anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO), serta praktisi karate. Susana bekerja sebagai karyawati perusahaan dan praktisi karate. Agatha adalah murid SMA dan praktisi karate.