Menemani Anak : Anak yang Berlatih Karate = Tidak Suka Berkelahi



"Apakah kalau berlatih karate, anak saya tidak jadi mudah terpancing emosinya dan jadi suka berkelahi ?"

Pertanyaan bernada khawatir seperti tersebut di atas juga banyak dilontarkan oleh para ibu dan bapak, yang anaknya ingin ikut latihan karate.

Menjawab pertanyaan seperti itu, saya berkata, "Tidak. Karate tidak membuat anak jadi gampang terpancing emosinya apalagi berkelahi. Sebaliknya, anak jadi bisa tetap tenang dan mengendalikan diri".

"Bahkan, kalau kita melihat 'gaya' anak-anak muda (remaja) yang tawuran, hal itu jelas menunjukkan bahwa mereka tidak bisa karate," jawab saya.

Kenapa saya berani menjawab seperti itu ?



Karena ilmu karate bukanlah ilmu untuk menyerang atau tawuran, tapi sebatas membela diri. Setiap orang yang belajar / berlatih karate pasti paham bahwa tawuran secara massal dengan senjata yang tidak dikuasai penggunaannya (yang banyak kita lihat dalam foto / video tawuran)  justru membahayakan si pembawa senjata itu sendiri. Maka, orang yang belajar / berlatih karate tidak tertarik untuk tawuran (apalagi dengan membawa senjata yang tidak dikuasai bagaimana cara menggunakannya !).



Masih ada lagi : orang yang belajar / berlatih karate "terikat" dengan janji dojo-nya (dojo = tempat latihan karate). Sebagai informasi, janji dojo karate aliran Shotokan adalah sebagai berikut :
- Sanggup memelihara kepribadian
- Sanggup patuh pada kejujuran
- Sanggup mempertinggi prestasi
- Sanggup menjaga sopan santun
- Sanggup menguasai diri



Sedangkan contoh lainnya adalah janji dojo pada aliran Kyokushin adalah sebagai berikut :
1. Kami akan selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa,
agar kami dijauhkan dari segala kesesatan.
2. Kami akan melatih jiwa dan raga kami,
untuk menciptakan semangat yang tinggi.
3. Kami akan menjiwai arti yang sebenarnya dari seni beladiri karate ini,
sehingga dalam setiap waktu kami selalu siap dan waspada.
4. Kami akan memelihara semangat percaya pada diri sendiri,
dengan keteguhan yang sungguh-sungguh.
5. Kami akan bersikap sopan santun,
menghormati orang yang layak dihormati,
dan menjauhkan diri dari kekerasan.
6. Kami akan menjunjung tinggi ilmu yang kami peroleh ini,
untuk membela kebenaran.
7. Kami akan menjalankan seluruh kehidupan kami,
melalui disiplin seni beladiri Kyokushin Karate .



Terakhir, selain kedua hal tersebut di atas (bahwa tawuran / berkelahi bukanlah "gaya" orang karate & bahwa janji dojo karate mengendalikan diri orang yang berlatih karate supaya tidak suka berkelahi (= supaya bisa mengendalikan diri)), ada lagi yang ketiga : Gichin Funakoshi (pendiri karate Shotokan) mengatakan bahwa kalau dua harimau bertarung, maka yang satu (yang kalah) mati, sedangkan yang lainnya (yang menang) luka parah. Intinya, berkelahi itu tidak ada untungnya; jadi, jangan berkelahi kalau tidak terpaksa (karena sudah terlanjur DISERANG SECARA FISIK) dan terpaksa harus mem-BELA diri.

Selamat menemani anak.



Selamat menemani anak untuk menhendalikan diri (dan menghindari perkelahian) dengan latihan karate.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----oOo-----



Tulisan dan foto oleh Constantinus J. Joseph, Susana Adi Asruti, dan Bernardine Agatha Adi Konstantia.

Constantinus adalah praktisi karate, praktisi psikologi industri, anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO). Susana adalah praktisi karate dan karyawati perusahaan. Agatha adalah praktisi karate dan murid SMA.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »