"Apa yang menarik dari memberikan training sikap mental & perilaku fisik untuk kepemimpinan, yang berbasis karate ?"
Setiap kali saya mendapatkan pertanyaan (semacam) itu, saya selalu menjawab, "Melihat senyum kebahagiaan peserta training ketika saya mengajarkan cara mengikat sabuk warna putih kepada mereka".
* * * * *
Ya, memang benar, bahwa saya selalu merasa ikut berbahagia ketika melihat senyum yang mengembang dan mata yang berbinar ketika peserta training untuk pertama kalinya (belajar) memakai sabuk berwarna putih. Dan inilah yang (memang) membuat saya tertarik untuk terus mengajarkan sikap mental & perilaku fisik kepemimpinan. Ada sekian banyak kegembiraan dan kebahagiaan peserta yang bisa ikut saya rasakan.
Sungguh, melihat orang berbahagia itu membuat saya ikut jadi berbahagia juga. Saya mendapatkan ide ini dari para penjual sepeda anak-anak. Setiap kali saya ke toko sepeda (membeli sepeda untuk saya, istri saya, anak saya, dan keponakan saya; jadi saya memang punya langganan toko sepeda), saya selalu memperhatikan anak-anak yang dengan gembira memandang jajaran sepeda yang dijual (dan mereka akan dibelikan satu oleh orang tua mereka). Saya berkali-kali berkata kepada anak dan istri saya, orang berjualan sepeda itu sekaligus membagikan kebahagiaan kepada anak-anak itu, dan otomatis kepada orang tuanya juga.
Memang, saya sampai saat ini tidak berjualan sepeda anak-anak, dan tidak bisa membagikan kebahagiaan kepada anak-anak dan orang tuanya dengan berjualan sepeda. Tetapi dengan training sikap mental & perilaku fisik untuk kepemimpinan yang berbasis karate ini, saya bisa melakukan hal yang sama : membagikan kebahagiaan kepada para peserta (dan orang tua mereka).
* * * * *
Selamat menemani anak.
Selamat menemani anak dengan kegiatan yang membahagiakan mereka dan sekaligus berguna untuk sikap mental & perilaku fisik mereka.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
Tulisan oleh Constantinus J. Joseph, Susana Adi Astuti, dan Bernardine Agatha Adi Konstantia. Foto oleh Tim Training "Tekad Kuat".
Constantinus adalah praktisi karate, praktisi psikologi industri, anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO). Susana adalah praktisi karate dan karyawati swasta. Agatha adalah praktisi karate dan murid SMA.